Monday 8 August 2022

Berjuang Mencari Pekerjaan


Tahun 2022 adalah salah satu fase dalam kehidupan saya yang memberikan kesan mendalam. Dalam tahun ini, terjadi banyak perubahan yang memberikan pengaruh besar maupun kecil untuk langkah saya ke depannya. Salah satunya adalah kembali menjadi seorang job seeker atau pencari kerja. Maklumlah saya adalah seorang karyawan swasta.
Kondisi ini tentunya bukanlah hal mudah untuk dijalani. Saya harus kembali habis-habisan berjuang melamar sebagai guru ke berbagai sekolah, menyusun curriculum vitae terbaru yang kira-kira bisa mencuri sedikit perhatian dari para recruiters, menyiapkan berkas-berkas untuk melengkapi lamaran kerja, dan yang tak kalah pentingnya adalah menyiapkan mental baja dalam menghadapi proses ini. 

Mental adalah hal penting yang harus saya jaga habis-habisan saat ini, karena saya mencari pekerjaan pada usia yang sudah tidak muda lagi. Pada usia yang seharusnya sudah mapan dalam pekerjaan, dan mungkin seharusnya memikirkan cara untuk lebih mengembangkan karir, saya justru merasakan ketar-ketirnya persaingan dengan para pencari kerja lainnya yang notabene lebih muda. Tapi apa boleh buat, dampak pengurangan karyawan mau tidak mau terpaksa saya rasakan. Walau demikian, saya tidak boleh menyerah begitu saja, karena ada masa depan keluarga yang juga turut saya perjuangkan dalam hal ini.

Jauh di dalam hati saya, tentunya kehilangan pekerjaan di usia yang tidak muda, bukanlah keinginan saya. Benar-benar sebuah usaha keras penuh kesabaran untuk menunggu orang yakin bahwa walau sudah tidak muda belia, saya masih mampu berpikir dan bekerja dengan baik. Kalau ditanya rasanya, minta ampun. Jika suatu saat nanti saya bisa melewati hal ini dengan baik, rasanya seperti tidak sanggup untuk menoleh ke belakang lagi. Ada masa dimana semangat menggebu-gebu bagai prajurit dengan senjata lengkap yang siap bertempur di medan perang, namun di lain waktu, rasanya seperti hampa kehilangan harapan saat menemukan kendala yang membuat saya belum bisa menempati posisi yang dilamar. Berkali-kali emosi dibuat naik turun, semangat, lalu down, semangat lagi, kecewa lagi. 
Tiap saat saya bolak balik melihat layar handphone seandainya ada kabar tentang kelanjutan lamaran kerja yang sudah saya kirim. Kalau lah bisa diumpamakan dengan bumbu masak, rasa bumbunya amat sangat lengkap. Ada pedas, manis, asam, pahit. Rupa-rupalah pokoknya.

Lantas apa upaya yang bisa saya lakukan untuk bertahan? Tentu yang jelas dan utama sekali adalah berdoa. Layaknya manusia yang banyak kekurangan dan percaya dengan kekuatan Yang Maha Kuasa, saya tahu pasti bahwa tidak ada sesuatu pun akan terjadi tanpa izin Nya. Saya paksakan diri dan kuatkan hati untuk terus berusaha. Hingga saya sampai pada suatu titik pasrah terhadap apapun ketentuan Allah, yang penting saya terus berusaha. 

Namun di sela-sela kesulitan yang menghadang pikiran saya saat ini, saya berupaya agar tetap menjadi makhluk yang tahu rasa syukur. Setidaknya saya dan keluarga masih diberi banyak nikmat seperti kesehatan, support dari suami dan anak yang sangat memahami sekali perasaan dan kondisi saya saat ini, yang selalu menyediakan waktu untuk mendengar keluh kesah berikut air mata saya, teman-teman yang membantu memberikan informasi lowongan pekerjaan buat saya, connection saya di akun LinkedIn yang sudah bersedia untuk memberikan endorsement, dan lain-lain. Hingga saat saya menuliskan pengalaman ini, saya masih berjuang untuk mencari pekerjaan. Semoga Allah berkenan mengabulkan doa-doa saya dan memberikan hal yang terbaik bagi kami sekeluarga. Aamiin.