Monday 14 June 2021

Fractions


Berikut ini adalah contoh aktivitas pembelajaran yang berkaitan dengan fractions. Pembelajaran ini ditujukan untuk siswa kelas 4 sekolah dasar. Ada beberapa tahapan pembelajaran yang dilakukan agar siswa dapat memahami tentang materi ini dengan lebih mudah. Adapun tahapan yang berupa Visible Thinking Routines tersebut adalah sebagai berikut:
  • 3-2-1 Bridge
  • Think-Pair-Share
  • Compass Point
  • Claim, Support, Questions
Untuk lebih jelasnya, pemaparan akan dibantu dengan menggunakan slide pembelajaran yang mana di dalamnya sudah dimuat langkah-langkah yang dapat diikuti oleh siswa satu persatu. Contoh slide yang diperlihatkan dalam tulisan ini adalah slide yang sudah di simpan dalam bentuk video.




Pandemi COVID-19 Saat Ini

 

Sudah nyaris hampir dua tahun sejak dimulainya awal pandemi COVID-19 hingga saat ini, tahun 2021. Belum terlihat tanda-tanda bahwa masa pandemi ini akan segera berakhir. Kita lihat di berita, adakalanya jumlah penderita tidak mengalami kenaikan begitu banyak, namun di lain waktu malah melonjak drastis. Yang jelas, tidak sedikit pula dampak yang dirasakan selama waktu pandemi ini, mulai dari geliat ekonomi banyak orang yang menurun drastis, kehilangan pekerjaan karena pengurangan jumlah karyawan di beberapa tempat usaha, dan tentunya masih banyak dampak lainnya. 

Di satu sisi, beberapa kelompok masyarakat sudah ada yang mulai menerima suntikan vaksin. Saya sendiri termasuk sebagai salah seorang yang sudah di vaksin sebanyak dua kali. Dengan adanya vaksin ini, sepertinya memunculkan secercah harapan baru, dimana yang tadinya kita mulai optimis berpikir bahwa sepertinya pandemi ini akan segera berakhir dan aktivitas menjadi kembali normal. Tapi tunggu dulu, ternyata tidak semudah itu. Malahan sekarang sudah mulai ditemukan varian baru dari virus ini yang membuat kita terhenyak dan menyadari bahwa perjuangan ini masih belum usai. 

Sepertinya sekolah masih belum akan begitu ramai dengan suara canda tawa anak-anak. Kita masih akan bertatap muka melalui layar-layar menyala yang bisa di on atau off-kan dengan mudah. Wajah masih akan terlihat "misterius" karena tertutup masker kemana-mana, dan tempat cuci tangan berikut sabun masih akan banyak kita jumpai di beberapa sudut tempat. Serta berbagai penggunaan kata "masih" yang akhirnya jadi biasa pada situasi pandemi ini. Sampai kapan? Tidak ada yang tahu. Kita hanya bisa berusaha menjaga diri semaksimal mungkin dan memasrahkan usaha kita dalam doa yang tiada henti kepada Sang Maha Pencipta. Semoga Allah berkenan mengabulkan doa kita. Aamiin.

Sunday 7 February 2021

"Rahasia Mengajar Menyenangkan Era PJJ" bersama Munif Chatib, M. Pd

 

"Rahasia Mengajar Menyenangkan Era PJJ" bersama Munif Chatib, M. Pd

AISEInspirAction hadir kembali pada hari Minggu, 7 Februari 2021. Acara yang dipandu oleh Ibu Dita Ariadita, yang bertindak sebagai moderator ini menghadirkan seorang pakar pendidikan yang sudah sangat dikenal luas, yaitu Bapak Munif Chatib, M. Pd. Pembicaraan pada sore ini akan membahas tentang  rahasia mengajar menyenangkan di era pembelajaran jarak jauh. Seperti biasa, sebelum mulai ke acara inti, moderator memperkenalkan profil AISEI terlebih dahulu berikut visi dan misinya.

Pemaparan Bapak Munif Chatib dimulai dengan penjelasan data yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa tidak bahagia saat masa pembelajaran jarak jauh. Penjelasan dikaitkan dengan kondisi sekarang yaitu masa revolusi industri 4.0. Pada dasarnya pembelajaran e-learning sudah lebih dahulu hadir di luar negeri. Di Indonesia sendiri, pembelajaran e-learning hanya bisa dikatakan berjalan sebanyak 40%. Ada beberapa masalah yang muncul pada saat kegiatan e-learning ini, diantaranya adalah siswa tidak bisa berkomunikasi langsung layaknya tatap muka biasa. 

Agar pembelajaran ini jadi lebih menyenangkan hal yang perlu kita perhatikan pertama kali,  yaitu respon dari otak. Otak terbagi 3, yaitu: reptilian, limbik, dan neocortex. Otak reptil yang diibaratkan sebagai penjaga yang akan aktif saat muncul rasa takut, stres, kurang tidur, ataupun lelah. Oleh karena itu, otak reptil adalah bagian pertama yang merespon rasa senang. Setelah itu akan diteruskan kebagian yang berkaitan dengan emosi dan perilaku, yaitu limbik. Dari limbik, barulah akan disampaikan ke neocortex untuk diserap.

Dengan demikian, otak reptil adalah bagian yang harus dipuaskan terlebih dahulu. Ada 4 rahasia tindakan yang bisa kita lakukan untuk memuaskan otak reptil tersebut sehingga pembelajaran jarak jauh jadi lebih menyenangkan. Agar lebih jelas, mari kita pelajari rahasia tersebut satu per satu!

Pembelajaran harus menyenangkan,

Buatlah tampilan pembelajaran yang penuh warna dan gambar, serta jangan lupa berikan ice breaking. Pilihlah bentuk ice breaking yang sesuai dengan kondisi pembelajaran dan menyenangkan untuk memunculkan alpha zone.

Apersepsi

Apersepsi terbagi dua. Ada yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan ada yang berkaitan dengan motivasi. Apersepsi scene setting adalah memberikan pengalaman sebelum masuk ke sebuah materi yang memicu rasa penasaran pada siswa. Untuk pembelajaran jarak jauh, scene setting dapat diberikan melalui video: kejujuran, pengajaran, dan motivasi.

Student centre learning

Melibatkan siswa dan sedapat mungkin siswa membuat sesuatu serta diberi feedback. Beberapa contoh strategi yang bisa digunakan untuk belajar adalah sebagai berikut: 

Parody

Parody bertujuan untuk mengingat. Parody bisa digunakan untuk berbagai tahap usia pembelajar, mulai dari TK hingga perguruan tinggi.

Mind mapping

Tujuan mind mapping adalah untuk mengingat. Siswa diminta untuk menggambar. 

Vlog presentation

Vlog presentasi bertujuan untuk memahami. Siswa diminta untuk melakukan presentasi dan direkam dalam bentuk video. 

Feedback

Kita bisa mengganti tugas kognitif dengan feedback. Siswa diminta untuk menyebutkan apa yang sudah dipahami dan apa yang belum dipahami, lalu menjelaskan manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari.

Documentation

Rekamlah aktivitas belajar dan karya siswa, lalu publikasikan di social media sekolah, dan ajak teman serta rekan guru untuk memberikan apresiasi.

Setelah pemaparan materi, acara dilanjutkan dengan tanya jawab dengan peserta webinar, dan ditutup dengan sharing dari para peserta tentang tips untuk melakukan kegiatan pembelajaran jarak jauh. Video kegiatan ini dapat kita saksikan bersama pada channel Youtube AISEI.

Sunday 31 January 2021

Pengalaman Libur

Jepit rambut mawar dari kain flanel


Saat libur, aku pergi jalan sekitar dekat rumah. Aku juga pergi untuk membeli kebutuhan rumah. Setelah sampai dirumah, aku mandi dan bersih - bersih.

Aku juga membuat prakarya dari kain flanel. Lalu membuat jepit rambut bunga mawar. Kemudian aku membuatnya banyak dan ingin aku jual.

Lalu aku bermain dengan teman dirumah sesuai protokol kesehatan.Menggunakan masker dan jaga jarak. Setelah bermain aku bersih - bersih dan bermain didalam rumah.

Saat bermain didalam rumah aku bermain alat musik, setelah puas aku membantu pekerjaan rumah orang tuaku.

Penulis

Cerita ditulis oleh SS, seorang siswa kelas 4 sekolah dasar. 

"Mindfulness" oleh Anastacia Ang

 

Mindfulness_Anastacia Ang

Kali ini, Lazuardi Global Compassionate School menghadirkan Ibu Anastacia Ang sebagai narasumber dalam kegiatan training yang bertemakan "Mindfulness". Kegiatan training ini dilakukan pada hari Senin, 21 Desember 2020 sebagai salah satu rangkaian acara rapat kerja  untuk persiapan semester 2 tahun pelajaran 2020-2021.

Mindfulness adalah kebutuhan dasar manusia untuk secara utuh menghadirkan kesadaran terhadap keberadaan dan kesadaran diri tanpa memberikan reaksi yang berlebihan dalam melihat sesuatu yang ada di sekitar kita. Infomasi tentang materi mindfulness ini juga bisa kita temukan pada website Mindful.

Berikut ini adalah beberapa rangkuman catatan dari materi training yang disampaikan pada saat itu:

  • STOP take a breath observe proceed
  • Kegiatan STOP ini bisa dilakukan pada pergantian sesi kegiatan atau awal akan melaksanakan kegiatan.
  • Mindfulness bisa dipadukan dengan science.
  • Inti mindfulness adalah kita merasakan sesuatu secara utuh.
  • Mindfulness bukan masa lalu dan bukan imajinasi masa depan.
  • Dengan mindfulness kita mengalami segala sesuatu yang ada di luar diri kita dengan panca indera. Yang ada dalam diri kita dengan kesadaran.
  • Mindfulness menerima sesuatu dengan kesadaran.
  • Yang bisa disadari adalah 5 senses.
  • Untuk ke dalam diri yang disadari adalah: pikiran, perasaan, dan sensasi badan
  • Biarkan pikiran hadir dan datang tapi tidak menempel atau mempengaruhi cara kita berpikir terhadap sesuatu (kualitas kehidupan).
  • Latihan mindfulness akan lebih peka memberikan alarm yang diberikan oleh tubuh.
  • Dalam mindfulness, pikiran tetap datang dan pergi, tapi tidak menempel. Hal ini butuh proses.
  • Mindfulness memberikan nilai manusiawi.
  • Mindfulness memberikan 9 sikap positif: non-judging, patience, beginner’s mind, acceptance, gratitude, striving, letting go letting be, generosity, trust.
  • Mindfulness tidak berarti mengosongkan pikiran.

Kesimpulan

Modal mindfulness adalah kesadaran. Ada 4 hal yang harus disadari: Nafas, pikiran, perasaan, badan

Saturday 30 January 2021

Quality Time with Parents : Strong Parents, Strong Kids

 

Strong Parents, Strong Kids

Kegiatan quality time adalah kegiatan yang diadakan oleh Lazuardi Global Compassionate School dengan menghadirkan para pembicara yang ahli pada bidangnya masing-masing. Selain itu, juga dihadirkan penampilan bakat dari beberapa siswa. Kegiatan ini biasanya dikemas dalam bentuk talkshow. Materi yang dibawakan biasanya berkaitan dengan bidang parenting dan pendidikan. 

Untuk kali ini, acara quality time ini diadakan oleh Lazuardi Global Compassionate School pada hari Sabtu, 30 Januari 2021. Acara dibawakan oleh Ibu Sari Kusuma Dewi, kepala sekolah SD Lazuardi GCS sebagai moderator. Selanjutnya dibuka dengan pembacaan Tilawatil Quran oleh ananda Zaza dan Sasa, siswi SMP Lazuardi GCS. Adapun narasumber dalam kegiatan quality time kali ini adalah Ibu Vierra Adella, seorang psikolog yang sudah cukup lama mendampingi Lazuardi dan Ibu Vivi Alatas, seorang ekonomis, penulis buku, dan juga merupakan salah seorang wali murid Lazuardi GCS.

Berikut ini adalah paparan materi talkshow "Strong Parents dan Strong Kids"

Vivi Alatas

Sebagai orangtua, pertama kali yang Beliau lakukan adalah menempatkan dirinya sebagai pembelajar sepanjang hayat. Selanjutnya barulah menetapkan visi, misi, dan tujuan dalam mengasuh anak. Setiap anak memiliki hidupnya sendiri. Kenali apa yang ingin dicapai oleh anak dan orangtua. Satu tujuan utama yang perlu digaris bawahi adalah kecintaan terhadap Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, sesama manusia, ilmu pengetahuan, diri sendiri, kedua orangtua, amal ibadah, dan lingkungan. ke-8 hal ini tercantum dalam buku yang pernah ditulis oleh Ibu Vivi Alatas. ke-8 hal ini bisa dijadikan visi dan misi dalam membentuk pola pengasuhan dan pemilihan institusi pendidikan yang tepat bagi anak.

Cinta tidak mungkin terjadi begitu saja. Orangtua berperan sebagai coach untuk membimbing anak-anak dalam meraih cinta tersebut. Proses pembimbingan itu bisa dilakukan dengan interaksi dan bonding yang berkualitas dengan anak. Bisa melalui obrolan, dan aktivitas sehari-hari. Dengan demikian orangtua dan anak dapat saling berkomunikasi dan berdiskusi dalam menentukan dan menemukan kebaikan bersama bagi anak dan orangtua dan tidak ada yang saling memaksakan kehendak.

Hal yang paling membahagiakan dari perkembangan seorang anak adalah saat sang anak mampu menunjukkan empati terhadap sesama, berhubungan baik dengan sesama manusia, mengenali apa yang dia inginkan, dan mampu memahami bahwa orangtua dan anak memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Seorang anak yang mungkin belum memiliki habit yang baik, bisa jadi disebabkan karena ada alasan tersendiri yang berbeda dari setiap anak. Beberapa anak butuh alasan kenapa sebuah hal penting untuk dilakukan sebelum dia melakukan hal tersebut. Ada anak yang tidak mau melakukan karena takut berbuat kesalahan sehingga tidak berani mencoba, ada pula anak yang kurang inisiatif untuk memulai sesuatu, dan ada pula yang tidak ingin diatur karena memiliki keinginan sendiri. Semua penyebab ini perlu kita kenali dan dicarikan solusi yang tepat. Anak perlu kita dorong agar mereka memiliki kemampuan untuk istiqomah, executive skill, dan mandiri karena tidak selamanya orangtua, sebagai coach akan selalu mendampingi anak.

Pada kesimpulannnya, strong parents adalah sosok orangtua yang dengan usahanya bisa mendampingi anak untuk mengenali dirinya, membimbing anak, memberi kasih sayang, memberi arahan, menjelaskan batasan sesuai ajaran agama, dan hadir untuk diri seorang anak, tetapi bukan orang yang menentukan hidupnya.

Vierra Adelia

Visi biasa dibuat oleh pemilik, yaitu keluarga, khususnya orangtua. Apakah orangtua sudah merasa sebagai pemilik atau owner dalam keluarga? Kadangkala, orangtua justru "kalah" dari anak. Adakalanya pelaksanaan visi dan misi ini tidaklah semudah membalik telapak tangan. Perlukah sebuah visi di adjust atau langkahnya yang perlu di adjust

Setiap anak lahir sebagai blending karakter dari kedua orangtuanya. Anak juga ingin menjadi owner dalam rumahnya. Apakah orangtua siap untuk hal ini? Anak berkembang lengkap dengan emosi dan kecerdasan di dalamnya. Dalam masa perkembangan ini, kita mau tidak mau harus memasukkan unsur disiplin. Dalam visi dan misi harus ada tujuan. Apa tujuan orangtua dalam membesarkan anak-anaknya perlu juga diketahui oleh anak. Visi dan misi harus dijalankan dengan konstan, konsisten, dan relevan. Dr Benjamin Carson, seorang ahli bedah yang sudah sering melakukan pemisahan kepala pada kasus kembar siam, menyampaikan bahwa tidak ada pekerjaan yang lebih penting selain parenting. Jadi tidak ada kata terlambat untuk hal ini karena visi dan misi merupakan arah. Visi dan misi juga merupakan standar keberhasilan orangtua dalam mengasuh anaknya.

Membangun karakter anak adalah hal yang tidak mudah. Jika habit masih merupakan hal yang gampang untuk dibentuk, dengan cara konsisten selama kurang lebih satu tahun, maka tidak demikian dengan karakter. Membangun karakter butuh waktu minimal limabelas tahun. Allah menciptakan manusia dengan sebuah fleksibilitas. Semakin banyak yang dia lihat dan tantangan yang dia hadapi, maka karakter ini akan semakin berkembang. Tugas orangtualah memantau perkembangan ini agar tetap dalam track

Ada 3 karakter baik yang perlu dimiliki oleh seorang anak, yaitu: 

Relasi antar sesama yang lebih baik

Seorang anak perlu dilatih agar memiliki hubungan yang baik dengan sesama manusia.

Daya pikir

Apapun pekerjaannya, selama anak bisa bereksplorasi dengan daya pikirnya dengan baik, maka anak akan bisa berkarya. 

Siap dan mampu menghadapi tantangan

Selain itu, anak perlu siap dan mampu menghadapi tantangan mengingat bahwa kompetisi pada zaman ini sangat kuat, anak harus siap menang ataupun kalah dan menyusun langkah berikutnya dalam menghadapi hal tersebut.

Konsep yang bisa dirangkum adalah keluarga memiliki anggota dengan karakter yang berbeda-beda. Tiap keluarga pastinya punya visi dan misi masing-masing yang berbeda. Tuliskan lima konsep visi dan misi dengan mengajak serta anak-anak. Tulisan tersebut bisa dipajang di ruang keluarga, bahwa keluarga punya satu tujuan yang luhur yang ingin dicapai. Masing-masing anggota keluarga bisa membuat janji dan membiarkan anggota keluarga lain tahu. Jadikan hal itu lebih dari sekedar janji, yaitu ditunjukkan dalam perilaku nyata yang sinkron. 

Kehadiran orangtua secara langsung bagi anak usia pre school mungkin sudah cukup, namun bagi anak dengan usia yang lebih tinggi, kehadiran secara fisik saja tidaklah cukup, namun juga dibutuhkan keterlibatan emosional, kemampuan orangtua dalam membantu memecahkan masalah, dan memberi ruang untuk eksplorasi hingga semua tindakan tersebut bisa membentuk karakter yang baik. 

Ajak dan ajari anak untuk membangun kompetensinya karena anak sudah akan mulai membandingkan dirinya dengan teman-temannya. Dalam hal ini, orangtua tetap perlu mengawasi lingkungan pergaulannya. Ada masanya juga seorang anak mulai membutuhkan privacy. Anak yang tidak memiliki ruang privacy akan menimbulkan rasa insecure pada diri anak tersebut.

Usahakan orangtua tidak membuat persepsi anak seakan terasa ditekan. Caranya adalah dengan mengkomunikasikannya. Kemampuan untuk memahami komunikasi seperti ini baru akan muncul pada usia anak empat tahun. Di bawah usia tersebut, memang butuh kesabaran dari orangtua. 

Komunikasi memegang peranan sangat penting dalam hal ini. Komunikasi yang terhambat antara orangtua dan anak bisa disebabkan oleh sumbatan yang bermula dari perbedaan karakter. Pilihan orang yang akan dijadikan tempat komunikasi bisa muncul karena proses perkembangan anak saat memasuki usia sekolah. Mereka mulai memilih orang yang akan dijadikan tempat berkomunikasi yang sesuai. Untuk itu, orangtua harus tetap mengawasi dan mengenali siapa agents yang telah dipilih anak untuk dijadikan tempat komunikasi selain orangtua agar tetap tepat. Bila agents tersebut adalah guru-guru di sekolah, maka orangtua sangat perlu untuk menjalin kerjasama yang sinergis dengan para guru.

Kehadiran orangtua secara utuh sangat dibutuhkan. Utuh dalam arti bukan hanya secara fisik, tetapi juga dengan nasehat dan penyampaiannya. Itu semua adalah sebuah peta hidup. Orangtua akan sangat ditunggu oleh anak. Kehadirannya dalam mencapai tujuan hidup sangat berperan penting dalam arah hidup seorang anak.

Akhirnya acara quality time kali ini ditutup dengan pembacaan doa oleh Bapak Chairin Syahputra, guru agama SMP Lazuardi GCS agar semua usaha kita sebagai orangtua yang ingin mendampingi anak ke arah yang lebih baik di ridhoi, diberkahi, dipermudah, serta dilancarkan oleh Allah SWT. Semoga kegiatan dan resume ini bisa memberi manfaat dan wawasan bagi kita para orangtua agar tetap terus memperbaiki diri dalam mendidik anak sehingga anak bisa menjadi manusia yang sesungguhnya. Aamiin.

What are 21st Century Skills_Munif Chatib

 

Bapak Munif Chatib_What are 21st Century Skills

Pada tanggal 23 Januari 2021, School of Human yang diprakarsai oleh Bapak Munif Chatib mengadakan kegiatan open house. Dalam kegiatan ini dijabarkan tentang visi dan misi sekolah, kegiatan serta prestasi yang sudah dicapai oleh siswa dan tidak ketinggalan kegiatan webinar yang berjudul “What are 21st Century Skills?”, dimana Bapak Munif Chatib langsung sebagai narasumber. Berikut ini adalah beberapa rangkuman tentang materi webinar yang dipaparkan oleh Bapak Munif Chatib.

Praktik nyata pelaksanaan 21st century skills tidaklah sesederhana yang kita bayangkan. Berkaitan dengan adanya revolusi industry dan terbukanya internet pada abad 4.0, saat ini hampir semua kegiatan dilakukan dengan kekuatan internet. Ada beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh siswa dalam abad ini, yaitu: kerentanan, ketidakpastian, kerumitan, dan kebingungan.

Beberapa jenis pekerjaan ada yang hilang dan ada yang muncul sesuai dengan kemajuan zaman. Bahkan ada pula pekerjaan yang mulai digantikan oleh robot. Kita perlu mencari cara untuk mempersiapkan siswa agar mampu tetap eksis dalam dunia pekerjaan yang akan datang. Apabila anak diumpamakan sebagai seorang pendaki yang harus mendaki gunung hingga mencapai puncak dengan perbagai tantangannya, maka kaki yang diibaratkan dengan bakat dan minat perlu di kuatkan agar menjadi passion yang membuat seorang anak kuat untuk melangkah. Rambu yang diibaratkan mewakili agama dan akhlah dibutuhkan agar pendakian anak tidak salah arah. Alat bantu untuk melakukan pendakian ini diibaratkan dengan skill atau keterampilan. Pengetahuan berupa visi ke depan juga perlu diberikan agar tidak salah mengenali tujuan.

Institusi yang mengawal anak untuk melakukan pendakian adalah sekolah. Beberapa sekolah belum mampu mencapai hal ini karena disebabkan oleh kepadatan kurikulum. Institusi sekolah perlu memprioritaskan apa yang menjadi kebutuhan anak pada abad ini, salah satunya adalah 21st century skills, bakat dan minat, dan pengetahuan. Dengan demikian perlu ada kurikulum yang lebih tepat untuk digunakan pada abad ke-21 ini yang tujuannya adalah untuk menghadapi berbagai persoalan tersebut.

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu ada dalam kurikulum sekolah pada abad ke-21:


Demikianlah uraian tentang materi webinar bersama Bapak Munif Chatib. Semoga informasi yang diberikan dapat lebih membuka mata kita sebagai pendidik dan para orangtua dalam memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak kita. 

Saturday 16 January 2021

Pendidik yang Menginspirasi

 

AISEI Writing Club

Menjadi seorang pendidik yang menginspirasi. Kalimat tersebut tentu merupakan sebuah kondisi ideal bagi sebagian besar pendidik. Kenapa seorang pendidik perlu menginspirasi? Siapa yang perlu diinspirasi? Dan bagaimana caranya? Pertanyaan tersebut muncul seiring dengan kalimat tersebut. Untuk itu, mari kita coba untuk melihat hal ini lebih dalam.

Inspirasi bisa kita artikan sebagai suatu ilham yang muncul untuk menjadi penggerak dalam hati, pikiran, dan tindakan. Dengan adanya inspirasi, seringkali kita tergerak untuk menghasilkan ide dan tindakan yang bisa memberikan dampak positif khususnya pada diri kita dan lingkungan sekitar kita. Bagaimana kaitan antara inspirasi dengan seorang pendidik? Seorang pendidik bisa kita sebut sebagai orang yang melatih dan memelihara. Dalam hal ini tentunya kita fokus terhadap latihan dan pemeliharaan terhadap manusia atau peserta didik. Aspek pendidikan ini tentu mencangkup berbagai hal, diantaranya adalah: kognitif, psikomotor, dan afektif.

Menjadi seorang pendidik tentunya tidak bisa kita sebut sebagai hal yang mudah dan tidak bisa pula kita sebut sebagai hal yang mustahil. Tidak mudah karena berkaitan dengan tanggung jawab moral kita terhadap peserta didik.  Seorang pendidik yang akan memberikan pelatihan, berbagi ilmu, dan ikut serta memelihara keterjagaan hal baik yang ingin dicapai dari peserta didiknya, tentu perlu berpikir ulang dalam melangkah dan melakukan sesuatu. Karena rasanya adalah hal yang cukup rancu apabila seseorang memberikan pendidikan bagi orang lain, namun belum menunjukkan usaha yang maksimal dalam menjaga pendidikan bagi dirinya. Dalam artian, seorang pendidik perlu terus mengembangkan hal baik dalam dirinya, baik secara ilmu ataupun perilaku. Oleh karena itu pula, menjadi pendidik belum tentu pula sulit dan rumit, selagi kita sebagai pendidik tetap mau berusaha untuk terus menjadi lebih baik dalam banyak hal, termasuk dalam menginspirasi anak didik.

Ada banyak cara yang bisa kita coba untuk menjadi inspirasi bagi peserta didik. Hal pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan mengenali peserta didik kita dengan baik. Kenali potensinya, kenali masalahnya agar kita bisa mencari cara terbaik untuk menyampaikan pendidikan kepada dirinya. Layaknya semua manusia yang ada di dunia ini lahir dengan berbagai macam perbedaan, demikian juga dengan peserta didik yang tentunya hadir dengan berbagai keragaman.

Apabila kita sudah mengenali peserta didik kita dengan baik, kita bisa mulai merancang bersama apa model pendidikan berikut instrument yang tepat untuk kita berikan terhadap mereka. Libatkan peserta didik dalam kegiatan asesmen, agar mereka merasa lebih memiliki terhadap kegiatan pendidikan. Bantulah peserta didik memahami tujuan pendidikan yang akan kita capai bersama. Dengan demikian, Langkah-langkah pendidik dan peserta didik akan terasa lebih selaras. Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, semoga seorang pendidik bisa melangkah lebih siap untuk menjadi inspirasi bagi dirinya, peserta didik, dan orang-orang di sekitarnya.

Biodata Penulis:

Penulis adalah lulusan Universitas Andalas, Padang, Fakultas Sastra, jurusan Sastra Inggris. Penulis sudah mulai mengajar dari tahun 2001 sampai sekarang. Selama 6 tahun ini, penulis mengajar sebagai seorang guru kelas 4 di SD Lazuardi GCS, Cinere, Depok, Jawa Barat. Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti kegiatan lomba AISEI Writing Club.

Sunday 10 January 2021

Meraih Asa dan Prestasi di Masa Pandemi

 

Online Learning

Apa yang bisa dilakukan oleh seorang guru selain mengajar? Sebuah pertanyaan yang bisa saja mengandung rasa optimis maupun pesimis, tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Pertanyaan ini tak ayal muncul dalam pikiran saya. Tentunya bukan hal yang mengherankan karena saya sendiri adalah seorang guru.

Saya sudah mengajar sejak tahun 2001. Awal mula saya menjadi seorang guru, berawal dari saran salah seorang dosen. Saat itu adalah masa saat saya sedang berkonsultasi untuk persiapan skripsi. Beliau mengajukan pertanyaan yang kurang lebih bunyinya "Kamu tidak mau mencoba mengajar?". Pada saat itu saya hanya diam dan akhirnya menjawab dengan ragu "Belum, Bu". Sejujurnya belum terlintas di pikiran sedikitpun untuk menjadi seorang guru. Apalagi latar belakang pendidikan saya sebagai seorang sarjana sastra yang memang tidak terlalu diarahkan untuk menjadi seorang pendidik. Namun pertanyaan itu cukup menggelitik. Saya mulai terpikir, apa rasanya jadi seorang guru, apa saya bisa? Di dorong keingintahuan dan kesukaan saya terhadap tantangan, saya mulai coba-coba untuk mengajar. Dalam pikiran saya, apa salahnya dicoba. Toh, saya juga agak jenuh dengan rutinitas yang saya jalani pada masa itu. Mungkin dengan mengajar, bertemu lingkungan yang berbeda, menghadapi perilaku siswa, dan bertemu orang-orang baru di lingkungan kerja akan menambah wawasan saya.

Alhasil, saya mulai membuat lamaran kerja. Setelah melewati proses rekrutmen, singkat kata, saya berhasil diterima sebagai seorang asisten guru pada sebuah lembaga kursus bahasa Inggris di kota kelahiran saya. Saya sengaja memilih tempat kerja yang berkaitan dengan bahasa Inggris karena masih berkaitan dengan jurusan yang saya tekuni. Mulailah saya menjalani hari-hari sebagai tenaga pengajar. Mulai dari mempelajari materi yang akan dijelaskan ke siswa, bagaimana cara meng-handle siswa, bekerjasama dalam tim, dan cara menghadapi atasan.

Setahun lamanya saya bekerja disana. Setelah itu, saya mengundurkan diri karena saya memilih untuk menyelesaikan skripsi. Saya merasa agak keteteran apabila menjalani kuliah (walau sudah di semester akhir) sambil bekerja. Dalam masa setahun tersebut, saya merasakan sangat banyak manfaat, pengalaman, dan ilmu yang saya dapatkan. Setelah wisuda, saya mencoba untuk bekerja kembali sebagai guru. Saya berpikir, bidang ini sudah pernah saya jalani, tidak ada salahnya saya perdalam. Sehingga akhirnya, saya menjadi guru hingga saat ini.

Lalu setelah menjadi guru, apakah semua berjalan lancar dan baik-baik saja? Tentu tidak semudah itu. Saya merasakan bagaimana menghadapi siswa yang membantah instruksi saya, complain orangtua, curahan hati siswa berikut orangtuanya, menangani siswa cedera, target pembelajaran yang belum tercapai, gesekan dengan rekan kerja, hingga usaha lain untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari memberikan les privat. Bisa dibilang cukup berliku-liku. Dalam tenggang waktu sedemikian, semua peristiwa yang memberikan rasa suka duka tersebut, benar-benar menjadi pelajaran yang berharga.

Beberapa kali saya berpindah tempat kerja, dan tiap tempat kerja adalah gudang ilmu yang luar biasa. Mendapat kesempatan training, pelatihan, diskusi, dan lain-lain bisa disebut sebagai tambahan "harta" buat saya sebagai seorang guru. Dan yang paling anyar adalah mendapat pengalaman mengajar di masa pandemi. Kita cukup tahu bahwa pandemi COVID-19 ini memberikan kesulitan bagi banyak orang. Namun, itulah hidup. Selalu ada keseimbangan di dalamnya. Ada sulit, ada mudah. Sulit karena harus mempersiapkan diri untuk lebih menguasai teknologi, update peralihan cara mengajar dari tatap muka langsung menjadi jarak jauh, menggali ilmu baru untuk mengajar secara online, menyiapkan kuota dan gadget yang cukup mumpuni untuk diajak online. Pandemi COVID-19 yang entah kapan akan berakhir ini, membuat hal-hal yang tadinya terasa sulit, mulai jadi terbiasa. 

Saya pribadi, yang tadinya hanya berangkat pagi, mengajar, pulang ke rumah (sesekali dalam setahun ikut pelatihan dari sekolah) mulai kenal dengan klub menulis, online webinar, online training, online workshop, dan aplikasi online lainnya lebih banyak. Perkenalan yang seringkali terjadi tanpa disengaja. Bagaimana bisa disebut tidak sengaja? Karena memang berawal dari ajakan teman dan rasa iseng, penasaran. Mulanya hanya ikut webinar secara online. Lama-kelamaan, rasanya seperti candu. Candu karena semakin banyak belajar, saya jadi merasa semakin kurang ilmu. Saya sering terkagum-kagum melihat narasumber menyampaikan pikiran dan penjelasan dalam beberapa pertemuan online

Akhirnya saya aktif mencari dan mengikuti berbagai pelatihan secara online. Saya tidak ingin melewatkan kesempatan dimana hanya dengan duduk dan fokus di depan laptop menyala dan didukung jaringan internet, saya bisa mendapatkan pengetahuan yang luar biasa. Sayapun menjajal berbagai webinar baik dari dalam maupun luar negeri. Webinar dari Cambridge, Oxford, British Council, dan yang lainnya saya jalani sambil terkantuk-kantuk karena pengaruh perbedaan zona waktu. Di sela-sela kesibukan waktu mengurusi siswa secara online, saat jam istirahat kerja seringkali saya gunakan untuk ikut kegiatan-kegiatan tersebut. Demikian juga saat anak dan suami sudah tidur, bahkan saat weekend atau libur sekalipun. Sekitar 1-2 jam masih saya gunakan untuk belajar dan melakukan aktivitas yang bisa meningkatkan kemampuan saya sebagai seorang guru. Kalau ditanya capek, ya sudahlah. Saya pikir, tidak ada hasil baik yang dicapai tanpa pengorbanan. Yang penting, saya tetap usahakan untuk menjaga kesehatan semaksimal mungkin. Untungnya suami dan anak juga ikut mendukung apa yang saya lakukan.

Dari berbagai kegiatan itulah, saya menemukan jalan untuk bergabung dengan klub belajar menulis bersama Om Jay, AISEI, dan PSSDM. Tidak saya sangka-sangka, bisa belajar dari para penulis profesional, dapat pelatihan tentang ilmu-ilmu terbaru yang berkaitan dengan pembelajaran untuk siswa dari para ahli. Bahkan jadi ada semangat untuk ikut kegiatan Wardah Inspiring Teacher 2020 bersama Kampus Guru Cikal dan Sekolahmu. Kegiatan ini saya ikuti sejak awal pandemi hingga bulan Desember 2020. Dan pada puncak kegiatan ini, saya berkesempatan untuk berbagi video pembelajaran buatan sendiri dengan para peserta Temu Pendidik Nusantara 7. Dan saat tulisan ini dibuat, saya sedang mencoba ikut serta dalam lomba menulis di blog yang diselenggarakan oleh AISEI.

Sedikit demi sedikit, mata dan pikiran saya mulai lebih terbuka. Ternyata dunia memang luas dan indah. Tidak terbatas hanya pada sebuah rutinitas. Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang guru selain mengajar. Menulis, membuat podcast, menjadi youtuber, menjadi pembicara pada kegiatan sharing bersama teman. Saya menyesal kenapa tidak menemukannya lebih awal. Namun saya bersyukur bahwa saya tetap bisa meraih kesempatan ini. Dan sekarang, saya sangat menikmati kebebasan menggali potensi diri dan berekspresi seluas-luasnya di luar rutinitas. Kalau boleh menggunakan istilah Stephen Covey dalam The Seven Habits of Highly Effective People, inilah saatnya saya melakukan sharpen the saw. Saya mencoba untuk "mengasah gergaji" agar tidak tumpul dan tetap produktif.

Itulah sepenggal pengalaman saya sebagai seorang guru. Dari apa yang sudah saya lewati, muncul sebuah pikiran bahwa menjadi seorang guru tidak berhenti hanya pada tahap mengajar, tapi tetap perlu banyak belajar. Harapan saya, semoga semua guru bisa meraih apa yang menjadi asanya dalam menjalani profesi sebagai seorang guru, tetap sehat dan sabar dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Saturday 9 January 2021

Topic: AISEI InspirACTION (Disiplin Positif with Andri Nurcahyani, S.Pd, M.S.)

 

AISEI InspirACTION  (Disiplin Positif with Andri Nurcahyani, S.Pd., M.S.)


Sabtu efektif bersama AISEI InspirACTION kali ini menampilkan Ibu Andri Nurchayani, S.Pd, M.S yang akan membahas tentang disiplin positif. Beliau adalah seorang Kepala Sekolah SMP dan SMA Sekolah Bogor Raya. Moderator acara ini adalah Ibu Dita Ariandita F. Acara dibuka dengan penjelasan tentang visi misi, para pendiri dan penggerak serta berbagai macam kegiatan AISEI.

Penjelasan dibuka dengan berbagi pendapat tentang rewards dan punishment. Lalu dilanjutkan dengan tontonan tentang penelitian terhadap dua orang anak yang sedang mengerjakan sebuah puzzle. Salah satu dari anak tersebut dijanjikan akan mendapat uang apabila berhasil menyelesaikan tantangan. Sedangkan yang satu lagi, hanya diberi penjelasan bahwa puzzle itu diberikan dalam rangka uji coba produk baru terhadap anak-anak. 

Hasilnya, rewards hanya akan memberikan kepatuhan yang bersifat sementara. Sedangkan untuk jangka panjang, rewards membuat motivasi dan ketertarikan anak menjadi lebih buruk disebabkan sesuatu dilakukan hanya karena ingin mendapat rewards, bukan karena kesadaran. Rewards juga membuat anak menjadi seperti dikontrol ataupun dimanipulasi, dan hal ini sangat tidak menyenangkan. Hal yang ideal adalah melakukannya bersama-sama. Rewards seharusnya datang secara alami, bukan dikecilkan atau direkayasa dengan adanya rewards buatan yang datang dari orang dewasa. Bagaimana kaitan antara rewards, punishment, dan disiplin?

Disiplin berasal dari bahasa latin yang artinya belajar. Dalam perkembangannya di Indonesia terjadi pergeseran makna hingga menggunakan disiplin sebagai sesuatu untuk menimbulkan kepatuhan. Disiplin menghantarkan seseorang terhadap tujuan karena menghargai nilai-nilai yang berlaku. Setiap tindakan manusia ada motivasi. Dalam disiplin positif, kita harus fokus terhadap motivasi mana yang akan dikembangkan. 

Motivasi terendah manusia adalah menghindari hukuman. Tentunya ini bukanlah tujuan disiplin positif. Disiplin positif tidak ditanamkan untuk menciptakan orang-orang yang takut dihukum. Takut terhadap hukuman masih merupakan motivasi eksternal. Motivasi lain adalah untuk mendapatkan imbalan dari orang lain. Hal ini juga masih merupakan sebuah bentuk manipulasi. Padahal disiplin positif harusnya datang dari diri sendiri karena sebuah kesadaran tentang penghargaan terhadap diri sendiri. Jadi hal yang ingin dicapai dari sebuah disiplin positif adalah mempercayai dan menghargai nilai-nilai positif yang akan dicapai oleh diri sendiri. Ibarat kata, dalam disiplin positif, tanpa hukuman, pujian, maupun hadiah, seseorang akan tetap melaksanakan suatu tindakan secara disiplin.

Untuk menerapkan disiplin perlu ada strategi tertentu. Strategi ini berkaitan dengan lima posisi kontrol. Posisi pertama adalah guru sebagai penghukum. Bila ada anak yang melakukan pelanggaran, maka guru akan bersikap marah, menyakiti, dan menyindir anak tersebut. Akibatnya anak akan cenderung memberontak dan menempatkan guru di luar dunia berkualitas. 

Posisi kedua adalah guru sebagai pembuat rasa bersalah. Beda posisi ini dengan yang pertama adalah cara bertutur kata dan intonasi yang lebih halus. Guru akan melakukan ceramah dan mengatakan sesuatu yang memunculkan rasa bersalah pada siswa dan menggunakan moral untuk menghukum. Hasilnya siswa akan cenderung menyangkal dan berbohong karena merasa dirinya jelek dan bersalah. Siswa menempatkan guru dalam dunia berkualitas. Posisi ini terkadang lebih berbahaya dari pada seorang penghukum disebabkan self esteem anak yang akan menurun dalam jangka waktu panjang. 

Posisi ketiga adalah guru sebagai teman. Dalam hal ini respon siswa akan lebih positif. Intonasi guru juga lebih ramah. Guru sebagai teman akan menggunakan nada yang ramah sebagai teman, suka memuji, bercanda, dan meminta anak melakukan sesuatu untuk guru. Hal ini masih bersifat eksternal yang hasilnya adalah ketergantungan terhadap guru tersebut. Siswa meletakkan guru sebagai sesuatu yang sangat penting dalam dunia yang berkualitas. Siswa melakukan sesuatu karena ingin mendapatkan pujian dari guru tersebut. Apabila suatu saat guru memberikan hukuman terhadap siswa ini, maka akan muncul inkonsistensi dalam pandangan siswa.

Posisi keempat adalah guru sebagai pemantau. Hal yang perlu dipersiapkan dalam menerapkan disiplin positif adalah menciptakan kesepakatan yang diturunkan dalam sebuah bentuk aturan sebagai teknisnya. Dalam posisi ini, guru hanya akan mengingatkan anak terhadap peraturan yang sudah disepakati.Cara bicara guru akan lebih netral, tidak keras, tidak meminta kasihan, dan tidak sok akrab. Siswa akan menyesuaikan diri terhadap peraturan. Siswa akan menempatkan guru, aturan, dan hukuman dalam dunia berkualitas. Siswa akan cenderung hitung-hitungan dalam melakukan sesuatu.

Posisi kelima adalah guru sebagai manajer. Guru akan bertanya tentang apa yang memuat mereka terlambat. Siswa akan memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Guru akan mem-follow up dengan menanyakan apa yang diyakini siswa untuk mengatasi hal tersebut. Keyakinan bisa dikaitkan dengan kesepakatan dan aturan. Lalu mencari solusi bersama untuk kesalahan siswa. Siswa akan meletakkan dirinya sendiri sebagai manusia yang berkualitas karena siswa akan belajar dari dirinya sendiri. Tindakan perbaikan yang siswa lakukan akan didasari karena faktor internal, yaitu menghargai diri sendiri dan kontrol diri.

Dari kelima posisi kontrol tersebut, posisi kelima merupakan posisi yang paling ideal. Untuk kasus tertentu, posisi guru sebagai pemantau masih bisa dilakukan bersamaan dengan posisi kelima. Namun posisi pertama hingga ketiga, tidak disarankan karena sebagian besar hasilnya tidak efektif.

Yang tersampaikan dalam sebuah pesan adalah 10% dari kata-kata, 35% dari nada suara, dan 55% dari non verbal/bahasa tubuh. Karena itu guru dan orangtua perlu lebih berhati-hati dalam bertindak dan berkata-kata karena bisa saja apa yang kita lakukan akan memberikan dampak yang panjang terhadap anak.

Selain itu, kerjasama antara guru dan orangtua sangat diperlukan dalam pembentukan karakter siswa. Support dari orangtua sangat tidak kalah pentingnya dalam hal ini. Bagaimanapun pembentukan perilaku belum akan ideal apabila hanya mengandalkan salah satu pihak saja.

Demikian rangkuman kegiatan dan materi sharing kali ini. Sebagaimana biasa, informasi lebih lengkap dapat dilihat pada channel Youtube AISEI Komunitas Pendidik Indonesia