Saturday 9 January 2021

Topic: AISEI InspirACTION (Disiplin Positif with Andri Nurcahyani, S.Pd, M.S.)

 

AISEI InspirACTION  (Disiplin Positif with Andri Nurcahyani, S.Pd., M.S.)


Sabtu efektif bersama AISEI InspirACTION kali ini menampilkan Ibu Andri Nurchayani, S.Pd, M.S yang akan membahas tentang disiplin positif. Beliau adalah seorang Kepala Sekolah SMP dan SMA Sekolah Bogor Raya. Moderator acara ini adalah Ibu Dita Ariandita F. Acara dibuka dengan penjelasan tentang visi misi, para pendiri dan penggerak serta berbagai macam kegiatan AISEI.

Penjelasan dibuka dengan berbagi pendapat tentang rewards dan punishment. Lalu dilanjutkan dengan tontonan tentang penelitian terhadap dua orang anak yang sedang mengerjakan sebuah puzzle. Salah satu dari anak tersebut dijanjikan akan mendapat uang apabila berhasil menyelesaikan tantangan. Sedangkan yang satu lagi, hanya diberi penjelasan bahwa puzzle itu diberikan dalam rangka uji coba produk baru terhadap anak-anak. 

Hasilnya, rewards hanya akan memberikan kepatuhan yang bersifat sementara. Sedangkan untuk jangka panjang, rewards membuat motivasi dan ketertarikan anak menjadi lebih buruk disebabkan sesuatu dilakukan hanya karena ingin mendapat rewards, bukan karena kesadaran. Rewards juga membuat anak menjadi seperti dikontrol ataupun dimanipulasi, dan hal ini sangat tidak menyenangkan. Hal yang ideal adalah melakukannya bersama-sama. Rewards seharusnya datang secara alami, bukan dikecilkan atau direkayasa dengan adanya rewards buatan yang datang dari orang dewasa. Bagaimana kaitan antara rewards, punishment, dan disiplin?

Disiplin berasal dari bahasa latin yang artinya belajar. Dalam perkembangannya di Indonesia terjadi pergeseran makna hingga menggunakan disiplin sebagai sesuatu untuk menimbulkan kepatuhan. Disiplin menghantarkan seseorang terhadap tujuan karena menghargai nilai-nilai yang berlaku. Setiap tindakan manusia ada motivasi. Dalam disiplin positif, kita harus fokus terhadap motivasi mana yang akan dikembangkan. 

Motivasi terendah manusia adalah menghindari hukuman. Tentunya ini bukanlah tujuan disiplin positif. Disiplin positif tidak ditanamkan untuk menciptakan orang-orang yang takut dihukum. Takut terhadap hukuman masih merupakan motivasi eksternal. Motivasi lain adalah untuk mendapatkan imbalan dari orang lain. Hal ini juga masih merupakan sebuah bentuk manipulasi. Padahal disiplin positif harusnya datang dari diri sendiri karena sebuah kesadaran tentang penghargaan terhadap diri sendiri. Jadi hal yang ingin dicapai dari sebuah disiplin positif adalah mempercayai dan menghargai nilai-nilai positif yang akan dicapai oleh diri sendiri. Ibarat kata, dalam disiplin positif, tanpa hukuman, pujian, maupun hadiah, seseorang akan tetap melaksanakan suatu tindakan secara disiplin.

Untuk menerapkan disiplin perlu ada strategi tertentu. Strategi ini berkaitan dengan lima posisi kontrol. Posisi pertama adalah guru sebagai penghukum. Bila ada anak yang melakukan pelanggaran, maka guru akan bersikap marah, menyakiti, dan menyindir anak tersebut. Akibatnya anak akan cenderung memberontak dan menempatkan guru di luar dunia berkualitas. 

Posisi kedua adalah guru sebagai pembuat rasa bersalah. Beda posisi ini dengan yang pertama adalah cara bertutur kata dan intonasi yang lebih halus. Guru akan melakukan ceramah dan mengatakan sesuatu yang memunculkan rasa bersalah pada siswa dan menggunakan moral untuk menghukum. Hasilnya siswa akan cenderung menyangkal dan berbohong karena merasa dirinya jelek dan bersalah. Siswa menempatkan guru dalam dunia berkualitas. Posisi ini terkadang lebih berbahaya dari pada seorang penghukum disebabkan self esteem anak yang akan menurun dalam jangka waktu panjang. 

Posisi ketiga adalah guru sebagai teman. Dalam hal ini respon siswa akan lebih positif. Intonasi guru juga lebih ramah. Guru sebagai teman akan menggunakan nada yang ramah sebagai teman, suka memuji, bercanda, dan meminta anak melakukan sesuatu untuk guru. Hal ini masih bersifat eksternal yang hasilnya adalah ketergantungan terhadap guru tersebut. Siswa meletakkan guru sebagai sesuatu yang sangat penting dalam dunia yang berkualitas. Siswa melakukan sesuatu karena ingin mendapatkan pujian dari guru tersebut. Apabila suatu saat guru memberikan hukuman terhadap siswa ini, maka akan muncul inkonsistensi dalam pandangan siswa.

Posisi keempat adalah guru sebagai pemantau. Hal yang perlu dipersiapkan dalam menerapkan disiplin positif adalah menciptakan kesepakatan yang diturunkan dalam sebuah bentuk aturan sebagai teknisnya. Dalam posisi ini, guru hanya akan mengingatkan anak terhadap peraturan yang sudah disepakati.Cara bicara guru akan lebih netral, tidak keras, tidak meminta kasihan, dan tidak sok akrab. Siswa akan menyesuaikan diri terhadap peraturan. Siswa akan menempatkan guru, aturan, dan hukuman dalam dunia berkualitas. Siswa akan cenderung hitung-hitungan dalam melakukan sesuatu.

Posisi kelima adalah guru sebagai manajer. Guru akan bertanya tentang apa yang memuat mereka terlambat. Siswa akan memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Guru akan mem-follow up dengan menanyakan apa yang diyakini siswa untuk mengatasi hal tersebut. Keyakinan bisa dikaitkan dengan kesepakatan dan aturan. Lalu mencari solusi bersama untuk kesalahan siswa. Siswa akan meletakkan dirinya sendiri sebagai manusia yang berkualitas karena siswa akan belajar dari dirinya sendiri. Tindakan perbaikan yang siswa lakukan akan didasari karena faktor internal, yaitu menghargai diri sendiri dan kontrol diri.

Dari kelima posisi kontrol tersebut, posisi kelima merupakan posisi yang paling ideal. Untuk kasus tertentu, posisi guru sebagai pemantau masih bisa dilakukan bersamaan dengan posisi kelima. Namun posisi pertama hingga ketiga, tidak disarankan karena sebagian besar hasilnya tidak efektif.

Yang tersampaikan dalam sebuah pesan adalah 10% dari kata-kata, 35% dari nada suara, dan 55% dari non verbal/bahasa tubuh. Karena itu guru dan orangtua perlu lebih berhati-hati dalam bertindak dan berkata-kata karena bisa saja apa yang kita lakukan akan memberikan dampak yang panjang terhadap anak.

Selain itu, kerjasama antara guru dan orangtua sangat diperlukan dalam pembentukan karakter siswa. Support dari orangtua sangat tidak kalah pentingnya dalam hal ini. Bagaimanapun pembentukan perilaku belum akan ideal apabila hanya mengandalkan salah satu pihak saja.

Demikian rangkuman kegiatan dan materi sharing kali ini. Sebagaimana biasa, informasi lebih lengkap dapat dilihat pada channel Youtube AISEI Komunitas Pendidik Indonesia

3 comments:

  1. Betul guru harus menjadi menager yg baik untuk muridnya

    ReplyDelete
  2. Setuju mbak Elly. Wonderful writing. Pak/bu DYH7

    ReplyDelete
  3. Terima kasih Ibu-Ibu semua sudah mampir di blog ini.

    ReplyDelete