Online Learning |
Apa
yang bisa dilakukan oleh seorang guru selain mengajar? Sebuah pertanyaan yang
bisa saja mengandung rasa optimis maupun pesimis, tergantung dari sudut mana
kita memandangnya. Pertanyaan ini tak ayal muncul dalam pikiran saya. Tentunya
bukan hal yang mengherankan karena saya sendiri adalah seorang guru.
Saya
sudah mengajar sejak tahun 2001. Awal mula saya menjadi seorang guru, berawal
dari saran salah seorang dosen. Saat itu adalah masa saat saya sedang
berkonsultasi untuk persiapan skripsi. Beliau mengajukan pertanyaan yang kurang
lebih bunyinya "Kamu tidak mau mencoba mengajar?". Pada saat itu saya
hanya diam dan akhirnya menjawab dengan ragu "Belum, Bu". Sejujurnya
belum terlintas di pikiran sedikitpun untuk menjadi seorang guru. Apalagi latar
belakang pendidikan saya sebagai seorang sarjana sastra yang memang tidak
terlalu diarahkan untuk menjadi seorang pendidik. Namun pertanyaan itu cukup
menggelitik. Saya mulai terpikir, apa rasanya jadi seorang guru, apa saya bisa?
Di dorong keingintahuan dan kesukaan saya terhadap tantangan, saya mulai
coba-coba untuk mengajar. Dalam pikiran saya, apa salahnya dicoba. Toh, saya
juga agak jenuh dengan rutinitas yang saya jalani pada masa itu. Mungkin dengan
mengajar, bertemu lingkungan yang berbeda, menghadapi perilaku siswa, dan
bertemu orang-orang baru di lingkungan kerja akan menambah wawasan saya.
Alhasil,
saya mulai membuat lamaran kerja. Setelah melewati proses rekrutmen, singkat
kata, saya berhasil diterima sebagai seorang asisten guru pada sebuah lembaga
kursus bahasa Inggris di kota kelahiran saya. Saya sengaja memilih tempat kerja
yang berkaitan dengan bahasa Inggris karena masih berkaitan dengan jurusan yang
saya tekuni. Mulailah saya menjalani hari-hari sebagai tenaga pengajar. Mulai
dari mempelajari materi yang akan dijelaskan ke siswa, bagaimana cara meng-handle
siswa, bekerjasama dalam tim, dan cara menghadapi atasan.
Setahun
lamanya saya bekerja disana. Setelah itu, saya mengundurkan diri karena saya
memilih untuk menyelesaikan skripsi. Saya merasa agak keteteran apabila
menjalani kuliah (walau sudah di semester akhir) sambil bekerja. Dalam masa
setahun tersebut, saya merasakan sangat banyak manfaat, pengalaman, dan ilmu
yang saya dapatkan. Setelah wisuda, saya mencoba untuk bekerja kembali sebagai
guru. Saya berpikir, bidang ini sudah pernah saya jalani, tidak ada salahnya
saya perdalam. Sehingga akhirnya, saya menjadi guru hingga saat ini.
Lalu
setelah menjadi guru, apakah semua berjalan lancar dan baik-baik saja? Tentu
tidak semudah itu. Saya merasakan bagaimana menghadapi siswa yang membantah
instruksi saya, complain orangtua, curahan hati siswa berikut orangtuanya,
menangani siswa cedera, target pembelajaran yang belum tercapai, gesekan dengan
rekan kerja, hingga usaha lain untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari
memberikan les privat. Bisa dibilang cukup berliku-liku. Dalam tenggang waktu
sedemikian, semua peristiwa yang memberikan rasa suka duka tersebut,
benar-benar menjadi pelajaran yang berharga.
Beberapa kali saya berpindah tempat kerja, dan tiap tempat kerja adalah gudang ilmu yang luar biasa. Mendapat kesempatan training, pelatihan, diskusi, dan lain-lain bisa disebut sebagai tambahan "harta" buat saya sebagai seorang guru. Dan yang paling anyar adalah mendapat pengalaman mengajar di masa pandemi. Kita cukup tahu bahwa pandemi COVID-19 ini memberikan kesulitan bagi banyak orang. Namun, itulah hidup. Selalu ada keseimbangan di dalamnya. Ada sulit, ada mudah. Sulit karena harus mempersiapkan diri untuk lebih menguasai teknologi, update peralihan cara mengajar dari tatap muka langsung menjadi jarak jauh, menggali ilmu baru untuk mengajar secara online, menyiapkan kuota dan gadget yang cukup mumpuni untuk diajak online. Pandemi COVID-19 yang entah kapan akan berakhir ini, membuat hal-hal yang tadinya terasa sulit, mulai jadi terbiasa.
Saya pribadi, yang tadinya hanya berangkat pagi, mengajar, pulang ke rumah (sesekali dalam setahun ikut pelatihan dari sekolah) mulai kenal dengan klub menulis, online webinar, online training, online workshop, dan aplikasi online lainnya lebih banyak. Perkenalan yang seringkali terjadi tanpa disengaja. Bagaimana bisa disebut tidak sengaja? Karena memang berawal dari ajakan teman dan rasa iseng, penasaran. Mulanya hanya ikut webinar secara online. Lama-kelamaan, rasanya seperti candu. Candu karena semakin banyak belajar, saya jadi merasa semakin kurang ilmu. Saya sering terkagum-kagum melihat narasumber menyampaikan pikiran dan penjelasan dalam beberapa pertemuan online.
Akhirnya saya aktif mencari dan
mengikuti berbagai pelatihan secara online. Saya tidak ingin melewatkan
kesempatan dimana hanya dengan duduk dan fokus di depan laptop menyala dan
didukung jaringan internet, saya bisa mendapatkan pengetahuan yang luar biasa.
Sayapun menjajal berbagai webinar baik dari dalam maupun luar negeri. Webinar dari Cambridge, Oxford, British Council, dan yang lainnya saya jalani sambil terkantuk-kantuk karena pengaruh perbedaan zona waktu. Di
sela-sela kesibukan waktu mengurusi siswa secara online, saat jam istirahat
kerja seringkali saya gunakan untuk ikut kegiatan-kegiatan tersebut. Demikian juga
saat anak dan suami sudah tidur, bahkan saat weekend atau libur sekalipun. Sekitar 1-2
jam masih saya gunakan untuk belajar dan melakukan aktivitas yang bisa
meningkatkan kemampuan saya sebagai seorang guru. Kalau ditanya capek, ya
sudahlah. Saya pikir, tidak ada hasil baik yang dicapai tanpa pengorbanan. Yang
penting, saya tetap usahakan untuk menjaga kesehatan semaksimal mungkin. Untungnya
suami dan anak juga ikut mendukung apa yang saya lakukan.
Dari
berbagai kegiatan itulah, saya menemukan jalan untuk bergabung dengan klub
belajar menulis bersama Om Jay, AISEI, dan PSSDM. Tidak saya sangka-sangka,
bisa belajar dari para penulis profesional, dapat pelatihan tentang ilmu-ilmu
terbaru yang berkaitan dengan pembelajaran untuk siswa dari para ahli. Bahkan
jadi ada semangat untuk ikut kegiatan Wardah Inspiring Teacher 2020 bersama
Kampus Guru Cikal dan Sekolahmu. Kegiatan ini saya ikuti sejak awal pandemi hingga bulan Desember 2020. Dan pada puncak kegiatan ini, saya berkesempatan untuk berbagi video pembelajaran buatan sendiri dengan para peserta Temu Pendidik Nusantara 7. Dan saat tulisan ini dibuat, saya sedang mencoba ikut serta dalam lomba menulis di blog yang
diselenggarakan oleh AISEI.
Sedikit
demi sedikit, mata dan pikiran saya mulai lebih terbuka. Ternyata dunia memang
luas dan indah. Tidak terbatas hanya pada sebuah rutinitas. Ada banyak hal yang
bisa dilakukan oleh seorang guru selain mengajar. Menulis, membuat podcast,
menjadi youtuber, menjadi pembicara pada kegiatan sharing bersama teman. Saya
menyesal kenapa tidak menemukannya lebih awal. Namun saya bersyukur bahwa saya
tetap bisa meraih kesempatan ini. Dan sekarang, saya sangat menikmati kebebasan
menggali potensi diri dan berekspresi seluas-luasnya di luar rutinitas. Kalau
boleh menggunakan istilah Stephen Covey dalam The Seven Habits of Highly
Effective People, inilah saatnya saya melakukan sharpen the saw. Saya mencoba
untuk "mengasah gergaji" agar tidak tumpul dan tetap produktif.
Itulah
sepenggal pengalaman saya sebagai seorang guru. Dari apa yang sudah saya
lewati, muncul sebuah pikiran bahwa menjadi seorang guru tidak berhenti hanya
pada tahap mengajar, tapi tetap perlu banyak belajar. Harapan saya, semoga
semua guru bisa meraih apa yang menjadi asanya dalam menjalani profesi sebagai
seorang guru, tetap sehat dan sabar dalam menghadapi tantangan kehidupan.
No comments:
Post a Comment