Friday 9 June 2023

Memaknai Istilah "Senggol Bacok"


"Senggol Bacok" sebuah istilah yang kadangkala kita dengar saat seseorang menggambarkan perasaannya yang sedang tidak ingin diganggu karena terlalu sibuk dan fokus dengan sebuah hal yang menuntut perhatian penuh serta harus diselesaikan dalam tenggat waktu yang sangat terbatas. Ibarat kata, trigger sedikit saja dalam situasi tersebut, seseorang bisa serasa disulut emosinya ke ubun-ubun, sehingga apapun dan siapapun yang ada di dekatnya akan rentan terkena imbasnya. Tentunya bila sebagai orang yang melihat situasi tersebut, saya merasa kurang nyaman. Ya, takut kena dampaknya juga. Khawatir sedikit saja melakukan hal yang dipandang salah, bisa kena getahnya langsung. 

Saya pribadi mungkin pernah melakukan hal itu. Apa daya, saya adalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilapan. Namun seiring waktu, saya pikir-pikir dan rasa, jelas-jelas saya sendiri merasa tidak suka kalau jadi korban dari istilah tersebut. Tentunya orang yang ada di posisi itu juga sama perasaannya. Nah, sekarang, bagaimana kalau dibalik? Saya jadi orang yang melakukan. Masa iya, tiap ada situasi yang urgent, saya harus menambah satu musuh. Sementara kita tahu bahwa yang namanya hidup pasti ada masalah. Lah, kalau tiap ada masalah melakukan "senggol bacok", harus berapa banyak musuh dan orang-orang yang tidak suka dengan kita akan tercipta?

Memang tujuan hidup bukan mutlak untuk membuat orang lain jadi senang dengan kita. Tapi, setidaknya musuh jangan dicari, bertemu pantang dielakkan. Dalam artian, sangat perlu sekali setiap individu untuk melakukan evaluasi dan refleksi terhadap diri sendiri. Bila kita sendiri tidak nyaman diperlakukan seenaknya, orang lain yang sesama manusia tentu juga merasakan hal yang sama. Bahkan hewanpun tidak mau diperlakukan seenaknya. Kucing di rumah saya bahkan paham lho! Dia hanya mau mendekat dengan orang-orang yang menyayanginya. 

Sejujurnya saya belum bisa menerima prinsip "Senggol Bacok" ini. Entah karena saya yang semakin tua, sehingga makin malas buang-buang energi hanya untuk marah-marah. Hitung-hitung menjaga tensi supaya tetap normal. Saya juga bertekad dan ingin berusaha, kalau sedang banyak urusan, lebih baik fokus dengan urusan itu saja. Kalau terasa lelah, ambil waktu untuk menyendiri, merenung sebentar sampai tenang, atau dibawa tidur saja. Untuk meluapkan emosi, saya pilih ngomel sendiri atau curhat dalam bentuk tulisan untuk saya pribadi. Karena dalam pikiran saya, kalau seseorang sudah merasa tersinggung karena perihal "Senggol Bacok" tadi, tentunya dalam hubungan sosialisasi ke depannya jadi ada sesuatu bentuk ingatan yang berbekas dalam pikiran baik bagi yang melakukan ataupun yang diperlakukan.

Dengan demikian, sebagai sesama manusia dan makhluk sosial, baiknya kita sama-sama menjaga emosi, pikiran, perkataan, tindakan, dan perasaan. Banyak hal yang berakhir dengan pertikaian, perselisihan serta permusuhan tanpa ujung hanya karena kita tidak mampu mengendalikan hal-hal tersebut. Sangat manusiawi sekali bila kita tidak suka atau marah dalam hal tertentu, tapi sedapat mungkin, kita upayakan menyampaikan rasa tidak suka atau kemarahan kita itu dalam bentuk yang lebih baik. Sehingga kita juga menemukan solusi yang sama-sama menenangkan semua pihak. Sulit? Ya, mungkin memang tidak mudah. Tapi tidak ada salahnya terus berusaha menjadi manusia yang lebih baik untuk diri kita dan orang-orang sekitar sebagai bentuk upaya kita menjaga hubungan baik dengan sesama manusia. Bukankah hidup dengan damai itu, jauh terasa lebih menyenangkan? 😊

No comments:

Post a Comment