Friday, 22 March 2019

Mengalir

Biarkan air mengalir
Ke arah yang dituju
Alirannya ikut membawa hanyut
berbagai beban
yang selama ini
menjadi hambatan di jalannya
Sanggupkah kau membendung nya?

By DYH7

Hidden 1

When you just keep your eyes on them from hidden place
It means that you keep all of your feelings in your deepest heart
No words can be spoken out loudly
No encouragement to be shown
A little bit of loneliness in here

By DYH7 (January 13, 2019)

Hidden 2

Keep on watching you
Keep on thinking you
Keep on hoping all the best for you
As if I couldn't touch you
I send you a poem from this hidden place
Have no courage at all to greet you

By DYH7 (February 25, 2019)

Project-Based Learning

WORK THAT MATTERS: THE TEACHER’S GUIDE TO PROJECT-BASED LEARNING

Execution

Project based learning merupakan salah satu pembelajaran oleh siswa dimana siswa diajak untuk merancang dan melaksanakan sebuah project yang berkaitan dengan tema yang sedang dipelajari. Siswa akan mengikuti proses bertahap mulai dari merancang sebuah project, mengumpulkan data dan fakta yang berkaitan, mengolah data tersebut, melakukan uji coba, evaluasi, dan mengaplikasikan informasi serta ilmu yang berkaitan dalam sebuah project yang bukan saja bernilai guna secara ilmiah, tetapi juga sosial.
Salah satu pembahasan yang berkaitan dengan project based learning ini adalah "Execution". Beberapa informasi yang akan saya paparkan tentang "Execution" ini bersumber dari sebuah buku yang berjudul "Work that Matters: The teacher's guide to project-based learning". Berikut ini adalah penjelasannya:


Referensi:

Thursday, 31 January 2019

Keberagaman Agama


Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar manusia serta manusia dan lingkungannya. Dengan kata lain, agama merupakan pedoman hidup manusia dalam berbagai hal. Di dalamnya sudah diberikan petunjuk dan tata cara dari Yang Maha Kuasa untuk menjalani kehidupan.
Ada berbagai macam agama di dunia ini. Di Indonesia ada 6 agama yang diakui secara resmi. Agama- agama tersebut adalah: Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Agama-agama yang ada di Indonesia, sudah ada dan berkembang sejak masa sebelum dimulainya penjajahan Belanda. Hal ini terbukti dengan adanya jejak keberadaan berbagai kerajaan Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen di sebagian besar wilayah Indonesia saat ini.
Dengan adanya agama yang berbeda-beda, tentu saja terdapat aturan dan cara peribadatan yang berbeda-beda dari tiap agama. Apabila masing-masing pemeluk agama tidak saling menghormati perbedaan tersebut, maka hal ini tentu saja rentan menimbulkan perselisihan antar umat beragama yang akhirnya akan mengancam persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia. Untuk itulah masalah yang berkaitan dengan kebebasan beragama perlu diatur oleh pemerintah dengan undang-undang yang jelas.
Di Indonesia, keberadaan agama diakui dan diatur dengan undang-undang. Setiap warga negara bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya. Selain itu, Indonesia juga mengakui bahwa hak untuk beragama merupakan hak asasi manusia. Oleh karena itu, negara menjamin kemerdekaan penduduknya untuk memeluk agama. Walaupun demikian, setiap orang wajib saling menghormati hak antar pemeluk agama sebagai hak asasi masing- masing. Setiap tindakan yang melanggar larangan, penyalahgunaan, dan penodaan agama akan diberi peringatan keras oleh pemerintah negara Republik Indonesia.
Upaya lain untuk menjaga persatuan dan kesatuan antar umat beragama di Indonesia juga diharapkan muncul dari para pemeluk agama tersebut. Salah satu contoh sikap yang bisa dilakukan adalah dengan membiarkan pemeluk agama lain menjalankan ibadah sesuai aturan agamanya, namun tetap berpegang teguh pada keimanan dan menjalankan ibadah sesuai dengan aturan agama sendiri.

Sumber:

Friday, 7 September 2018

Mengatasi Rasa Takut

 


Takut, adalah rasa yang tidak mungkin tidak pernah dirasakan oleh seorang manusia. Datangnya seringkali tidak tentu waktu dan bisa dimana saja. Secara harfiah, dalam KBBI, takut diartikan sebagai merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana, ataupun bisa juga disebut sebagai tidak berani.

Ada bermacam - macam hal yang kita takuti. Takut miskin, takut ketahuan, takut gagal, dan lain - lain. Saya sendiri termasuk salah seorang yang penuh ketakutan dalam hidup. Takut saat harus merantau. Jauh dari orangtua, teman - teman, lingkungan, rutinitas, dan kemudahan yang sudah terlalu terbiasa sejak lahir. Satu pertanyaan besar yang mendukung rasa takut itu adalah "Bagaimana saya bisa survive?" Namun seiring dengan waktu, rasa takut itu mulai tersisihkan oleh rasa lain yang lebih urgent, yaitu nekad karena butuh. Butuh kerjaan, harus nekad jalan sendiri saat di interview. Walau tidak tahu lokasi, tanya kanan - kiri, akhirnya sampai. Mulai lebih berani menghadapi orang - orang baru beserta berbagai macam karakternya dan permasalahan yang ditimbulkan.

Ketakutan lain yang saya rasakan adalah saat ingin mendaki gunung Bromo. Sampai setengah tua begini, ini adalah pertama kalinya saya mendaki gunung. Itupun karena mengikuti acara di tempat kerja. Untuk menghadapinya, saya mempersiapkan obat-obatan standar yang biasa digunakan saat perjalanan jauh (maklum sudah mulai tua, jadi bawaannya obat-obatan). Sebelumnya, tidak pernah terlintas di pikiran untuk mendaki gunung. Yang muncul di kepala saat mendengar cerita teman - teman yang sering naik gunung adalah, buang air dimana, ada hal - hal aneh tidak di hutan, waduh, ribet sekali pikiran saya kalau sudah jauh dari rumah.

Hingga saat itu tiba, sekitar jam 01.30 WIB pagi, saya dan teman - teman sekamar sudah mulai bersiap - siap. Bagi yang kuat dingin, boleh mandi dulu. Lalu berkumpul dengan tim yang lain, berangkat dengan jeep yang sudah disediakan untuk masing - masing kelompok. Sesampainya disana, perjalanan naik gunung dimulai dengan melihat sunrise. Lalu diteruskan ke bagian pasir berbisik. Lokasi ini kami tempuh dengan menggunakan jeep yang stand by di lokasi. Sesampainya di gunung Bromo, untuk menuju ke puncak, barulah ditempuh dengan berjalan kaki. Beberapa ada yang menggunakan jasa penyewaan kuda. Sementara saya, lebih memilih untuk berjalan kaki (selain untuk menurunkan kolesterol, sekalian ingin uji coba daya tahan tubuh, masih kuat atau tidak).

Sambil sesekali terengah - engah, istirahat, dan perasaan berdebar - debar tidak karuan karena khawatir pingsan di jalan, saya tetap melanjutkan perjalanan yang diusahakan sesantai mungkin. Sambil dalam hati terus berdoa, Ya Allah, mohon bantuan karena sendirian. Teman - teman yang ikut berangkat, sudah entah dimana. Sayang juga kesempatan baru dan bagus menurut saya jika dilewati begitu saja, tanpa naik ke puncak. Begitu berada tepat dikaki gunung, rasa ragu ingin naik atau tidak makin kuat. Khawatir kalau terjadi apa - apa siapa yang membantu. Akhirnya dengan menguatkan doa, tekad, sambil terbayang wajah suami yang biasanya menyemangati, saya melanjutkan naik tangga ke puncak Bromo hingga akhirnya, berhasil sampai di atas. Pakai selfie pula. Setelah merasa cukup, saya pun  mulai turun dengan perasaan yang benar - benar lega. Ada air mata yang sedikit tertumpah karena merasakan bantuan Allah dalam langkah yang "Sendirian". Saya benar - benar merasakan bahwa ternyata rasa takut adalah salah satu penghalang besar dalam langkah ini. Bukan usaha yang mudah juga buat saya mengatasinya, apalagi jauh dari siapapun yang saya kenal saat itu. Mungkin terdengar agak berlebihan, tapi hasil pergulatan perasaan orang memang berbeda - beda dan itulah yang saya rasakan.

Saya melanjutkan perjalanan turun hingga mencapai tempat pemberhentian jeep dan kembali ke penginapan untuk bersiap pulang ke Jakarta. Sesampai di rumah, dengan sedikit bergaya, saya mengucapkan "Pa, naik gunung lagi yuk, sekeluarga." Suamiku tersayang hanya menjawab dengan senyuman, sedangkan anakku yang berumur 8 tahun berkata "Tidak mau".

Bahasa Indonesia

Karangan

Sudah cukup lama penulis tidak berbagi pikiran di blog ini. Beberapa waktu ini, penulis merasa perlu untuk menyampaikan hal yang mungkin sebenarnya bagi orang lain tidak begitu menarik perhatian. Tapi bagi penulis sendiri, topik yang ingin penulis bahas ini cukup menantang kepercayaan diri dan kemampuan penulis. Adapun topik tersebut adalah tentang "Karangan". 

Sebenarnya dunia "Karang - Mengarang" ini sudah cukup lekat dengan diri masing - masing kita. Setidaknya, kita pernah diminta untuk menulis sebuah karangan pada saat masih di bangku sekolah dasar dan penulis pun dengan senang hati akan memulai dengan beberapa kalimat "sakti", seperti: pada suatu hari, pada zaman dahulu, saat dahulu kala, atau pada suatu waktu. Sepertinya saat itu, agak sedikit membingungkan bagi penulis untuk menemukan cara mengawali penulisan karangan dengan kalimat - kalimat yang lebih baik. Maklumlah, masih sedikit sekali ilmunya. Seiring dengan waktu, bukan berarti penulis semakin banyak ilmu dan semakin lihai menulis, tapi mulai bisa sedikit demi sedikit mengawali karangan atau tulisan dengan kalimat lain. Cukup lumayan, daripada tidak ada kemajuan sama sekali (cara pembelaan diri yang sedikit hopeless). Itupun masih terbatas untuk penulisan tentang sesuatu hal yang bersifat informatif. Bukan sejenis cerita pendek, apalagi novel.

Mungkin penulis seharusnya lebih aktif mengikuti berbagai training, seminar, dan lain - lain supaya ketrampilan penulis semakin canggih. Amin. Kenapa harus di-Amin-i? Karena ini adalah sebagian dari doa penulis. Dan untuk melengkapi tulisan penulis tentang hal ini, penulis merasa perlu menyisipkan informasi tentang karangan. Informasi ini penulis rangkum dari beberapa sumber. Tujuannya adalah sebagai bahan pengingat, khususnya untuk penulis sendiri.