Labels
- A Brief Thought (20)
- Art (6)
- Civics (2)
- Cooking (11)
- Education (5)
- Experience (16)
- Health (1)
- Islamic Studies (3)
- Kelas Menulis (11)
- Linguistics (2)
- Literature (4)
- Lomba Blog Nasional 2021 AISEI Writing Club (1)
- Mathematics (2)
- Platforms (3)
- Poem (2)
- Poems (22)
- Science (2)
- Social Studies (5)
Sunday, 8 June 2025
Pencarian
Sunday, 25 May 2025
Aku dan Renungan
Monday, 19 May 2025
Gangguan
Tetap melakukan yang terbaik
Interaksi bermutu
Selalu berwawasan terbuka
Berpikiran positif terhadap apa yang terjadi dan terhadap diri sendiri
Abaikan suara-suara sumbang yang terlalu mengganggu dan tidak berdasar.
Mempertimbangkan jalur hukum
Percaya pada kekuatan doa.
Wednesday, 30 April 2025
Efforts
Saturday, 14 December 2024
Tajam
Ada kata-kata perih terucap dari mulut kalian yang tajam.
Kalian lontarkan bagai peluru melesat kuat,
tanpa berpikir dua kali,
atau bahkan tanpa berpikir sekalipun.
Kalian benarkan ucapan dan prasangka buruk kalian
sebagai bentuk ekspresi diri,
yang sedang membuang sampah dan kotoran dalam hati serta pikiran.
Tak pernah kalian lihat
bagaimana kami menjaga kebanggaan yang kalian miliki.
Tak akan kalian pikirkan
goresan luka yang kalian torehkan diperasaan kami
dari caci maki selama ini.
Pandainya kalian merasa berhak dan benar
dengan mengandalkan logika
yang tidak jelas ukuran kebenarannya itu.
Simpan saja semua rasa bangga dan jumawa itu
untuk diri kalian sendiri,
sampai Tuhan memberikan pelajaran yang tepat
buat kalian rasakan dan renungkan.
Sebuah puisi oleh DYH7
14 Desember 2024
Saturday, 7 December 2024
Allah the Almighty
A beautiful and lovely day.
Full of love and blessing.
The deepest gratitude expressed
To Allah the Almighty.
Saturday, 16 November 2024
Rumit
Lihatlah!
Kita makin lihai dan pintar dalam berbohong.
Mengatur strategi agar tidak ketahuan.
Makin ahli dalam mencari kesalahan masing-masing.
Mengorek-ngorek borok masa lalu.
Saling serang dan bertahan dengan ego yang kita miliki.
Prasangka buruk bukan lagi barang baru dalam hubungan kita.
Jatuh bukan untuk bangkit, namun untuk jatuh kembali.
Berjalan terseok-seok dan tertatih-tatih.
Mengusap air mata sendiri atau membiarkannya diseka oleh angin.
Ironi, dengan apa yang kita perlihatkan pada dunia.
Mungkin kita bisa disebut dengan makhluk paling munafik di bumi.
Tidak lelah dalam berpura-pura dan bersilat lidah.
Hasilnya? Tentu seperti biasa.
Tidak ada empati, pengertian, cinta, apalagi kasih sayang yang tercermin dalam sebagian besar ucapan dan tindakan kita.
Dan kita terus berputar-putar dalam lingkaran setan yang memuakkan ini.
Dilema panjang antara mengingat kebaikan yang pernah ada dan membayangkan kecurangan yang mungkin ada.
Apakah kita tidak menemukan jalan kompromi lagi?
Sebenarnya tidak adakah rasa yang tersisa atau memang kita tidak pernah saling memiliki rasa apa-apa?