Friday 24 April 2020

Sebuah Catatan: Masa Karantina (Pembatasan Sosial Berskala Besar)

Sudah lebih dari satu bulan penulis sekeluarga menjalankan aktivitas dari rumah. Sebagai orangtua yang bekerja, penulis menjalankan pekerjaan dari rumah atau yang dikenal dengan istilah "Work from Home". Sementara itu, anak penulis yang notabene seorang pelajar, tentunya mau tak mau juga harus belajar dari rumah atau "Home Learning".
Masa awal-awal di rumah, secara pribadi, penulis tentunya butuh penyesuaian dalam hal ritme kerja. Walaupun yang namanya bekerja secara online dari rumah, ternyata tetap saja kesibukannya tidak kalah dibanding bekerja menghadapi orang-orang secara langsung. Kenapa bisa demikian? Ya, bisa saja. Karena hal yang tadinya biasa disampaikan secara langsung, sekarang harus dipikirkan bagaimana cara yang tepat untuk disampaikan secara online. Apalagi untuk seorang pengajar seperti penulis, ada berbagai pengalaman baru yang diperoleh selama masa bekerja dari rumah ini. Mulai dari memikirkan cara absensi, mengumpulkan pendapat dari siswa dan orangtua untuk berbagai kondisi yang berbeda, menyampaikan pengumuman, memberikan tugas, penilaian, laporan, hingga konsultasi dengan siswa dan orangtua. Tak ketinggalan pula rapat koordinasi kerja dengan atasan dan rekan kerja. Semua itu kadang-kadang cukup membuat penulis telat makan dan mandi.
Berbagai perburuan aplikasi yang mendukung lancarnya pekerjaanpun mulai dilakukan. Mulai dari membaca informasi dari internet, trial and error aplikasi, dan sharing bersama teman melalui berbagai grup chating. Kadang-kadang saat fokus melakukan suatu pekerjaan, ada saja chat yang menarik perhatian dan butuh dijawab cepat. Bahkan penulis mengalami, handphone error dan panas karena teleconference berkali-kali dalam jangka waktu lumayan lama. Nah, hal ini cukup membuat panik karena solusinya hanya satu, yaitu membeli handphone baru disaat keterbatasan masa pandemi COVID-19 ini. Mau bagaimana lagi, dijalani saja karena dibutuhkan untuk sumber mata pencaharian.
Penulis mulai merasakan penyesuaian setelah kurang lebih tiga minggu di rumah. Apa standarnya? Standar penulis adalah sempat bikin video hiburan dengan teman dan sempat menulis di blog ini. Cukup sederhana bukan?
Apa yang penulis sampaikan, baru menggambarkan satu sisi. Di sisi lain, penulis sekeluarga juga harus beradaptasi dengan berbagai situasi lain yang terjadi saat masa pandemi ini. Situasi yang penulis maksud adalah belanja bahan makanan dan kebutuhan rumah tangga. Kalau biasanya penulis bisa memilih merek barang atau jenis bahan makanan tertentu, saat ini, apa yang ada dibeli dan diangkut saja ke rumah, asalkan halal dan bisa digunakan. Karena tidak semua yang penulis butuhkan pasti akan tersedia di pasaran seperti biasa.  
Banyak usaha mulai gulung tikar. Mereka berhenti berproduksi karena karyawan disarankan bekerja dari rumah. Untuk jenis usaha tertentu, pastinya ada bagian-bagian yang tidak bisa dilakukan dari rumah, sehingga gelombang PHK pun sulit untuk dihindari disebabkan usaha sudah tak mampu lagi membiayai karyawan. 
Beberapa orang ada yang beralih profesi menjadi penjual masker, hand sanitizer, dan alat kesehatan yang menjadi kebutuhan cukup vital saat pandemi melanda. 
Secara umum bisa dikatakan hampir semua orang mengalami ketersendatan masalah ekonomi. Mulai dari berkurang atau tidak adanya pemasukan, yang berimbas ke ketidak mampuan mengadakan bahan pangan untuk keluarga. Di beberapa daerah, masyarakat ada yang mendapatkan bantuan baik dari pemerintah maupun donatur. 
Belum lagi standar kebersihan diri dan keluarga setelah keluar rumah. Kita jadi harus mencuci tangan dan bahkan mandi beberapa kali untuk tindak pencegahan terhadap penyebaran virus ini. Penulis sendiri bisa sampai berdebat kecil-kecilan dengan suami karena jadi lebih "ribet" untuk hal standar kebersihan ini. Bahkan suami penulis memilih untuk pergi sendiri bila terpaksa harus keluar rumah untuk membeli kebutuhan keluarga. Dengan alasan, yang bersih-bersih komplit cukup satu orang saja.
Saat tulisan ini disampaikan, penulis sekeluarga bahkan sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1441 H di tengah situasi pandemi. Semua ibadah yang biasa dilakukan berjamaah terpaksa ditunda dan dilakukan di rumah saja. 
Apapun kejadian yang kita alami saat pandemi ini, semoga segera berlalu. Bantulah para pekerja garda terdepan agar korban tidak terlalu banyak, dengan cara melakukan usaha terbaik agar virus tidak menyebar lebih luas. Mari kita laksanakan tindakan pencegahan yang benar. Tetap berdoa dan optimis agar pikiran positif jadi terjaga. 
Demikianlah sekelumit catatan lain di masa pandemi COVID-19. Salam sehat untuk kita semua. Semoga kehidupan segera kembali normal. Aamiin.

No comments:

Post a Comment