Ia menghadap ke laut lepas
dan sangat yakin dengan kekokohannya.
Ia berpijak dengan baik,
lalu berkata-kata dalam diam tentang bagaimana hebatnya dia
dan lemahnya makhluk yang ada di sekitar dirinya.
Batu karang terus-menerus menemukan banyak kekurangan terhadap yang lain.
Ia bahkan bisa melihat kekurangan itu dengan mata terpejam,
sehingga lupa mengukur dirinya dengan bijak.
Ia mulai lupa bahwa ukuran yang dipakainya tak sepenuhnya benar.
Alat ukurnya sudah harus diperbarui,
karena sudah banyak rusak oleh kesombongan demi kesombongan
yang terus dia pupuk di dalam dirinya.
Dia lengah dan tak tahu
bahwa sedikit demi sedikit air laut yang asin
mulai menggerus kekuatan yang selalu ia bangga-banggakan.
Kasihan batu karang.
Apakah ia pernah membayangkan
bila di suatu waktu nanti ia berubah menjadi pasir?
Sebuah puisi oleh DYH7
19 Juli 2023
No comments:
Post a Comment